Cari Blog Ini

Rabu, 29 September 2010

Fenomena Seks Bebas Dikalangan Remaja

Di jaman yang semakin maju ini semuanya serba terbuka sampai hal tabu pun di ekspose ke halayak. Kita ambil salah satu contoh yaitu perilaku seks bebas dikalangan remaja.
Mari kita urutkan dan menempatkan pokok masalahnya. Terjadinya seks bebas kerap berawal dari cara berpakaian remaja serba minim dengan menonjolkan bagian tubuhnya. Dengan cara berpakaian seperti itu, diakui atau tidak sudah mengundang otak kotor pria yang melihatnya. Karena bagaimanapun, kaum laki-laki yang diberi kelebihan dibanding perempuan dalam soal seks, secara otomatis segera terpatri imajinasi liar.
Semua mata pria, ketika disuguhi pemandangan yang membuat jakun turun naik itu, berfikir keras membuat skenario dan strategi bagaimana bisa memacari dia kemudian mengencaninya. Karena ada sebagian yang mendefinisikan ikatan “pacaran” adalah sebagai legalitas mendapatakn segalanya dari pasangan sebagai bukti cinta.
Nah, pelecehan seksual yang kerap terjadi dan dilakukan oleh sepasang kekasih yang dimabuk cinta, biasanya berawal dari sikap toleran terhadap hal-hal kecil. Seorang remaja putri yang senang-senang saja dan bersikap acuh saat tangannya dipegang dan digenggam oleh pemuda yang jadi tambatan hatinya, adalah awal dari kemungkinan pelecehan seksual. Karena tanpa disadari, sikap “penerimaan” itu bisa saja ditafsirkan sebagai kode “pembolehan” atau “lampu hijau” oleh si pria untuk melakukan aksi yang lebih jauh, dari sekedar pegangan dan menggenggam tangan.
Adalah tabiat laki-laki yang diberi kebutuhan seks lebih dari kaum wanita jika sudah mengulangi satu kali, maka menginginkan sekali lagi, dan sekali lagi. Setelah puas melampiaskan nafsu birahinya beberapa kali dan berulang kali, muncul rasa bosan dan jenuh dengan wanita yang dipujanya.
Ada dua point dampak dari cinta terlarang yang dipastikan akan dialami wanita. Yaitu, ditinggalkan pacarnya dalam keadaan berbadan dua dan diputuskan pacarnya setelah madu virginitasnya direnggut. Sungguh sakit, sementara si pria asyik mencari korban lain, sedangkan remaja putri mengurung diri karena merasa malu dan sudah tidak memiliki nilai dihadpan siapapun.
Yang lebih tragis lagi, jika akibat persenggamaan itu, si cewek mengandung. Tidak ada pilihan lain, jika tidak digugurkan, kandungan itu dibiarkan besar dan lahir tanpa bapak dan atau pilihan terpahit dia dibunuh cowoknya karena merengek minta segera dinikahi, seperti berita di atas tadi.
Kalau sudah begini, rasa malu tidak hanya dieemban oleh dia seorang, tapi menjadi beban keluarganya yang sudah tercoreng nama baiknya. Tidak hanya malu yang ditanggung oleh perempuan, kalau dia sadari, dampak pelecehan seksual akan membunuh jiwanya. Karena luka pelecehan seksual akan dibawa terus hingga usia beranjak dewasa, dan menjadi luka abadi yang sulit dihilangkan. Belum lagi, jika antara salah satunya mengidap virus HIV/AIDS.


Lalu solusi apa untuk mencegah prilaku seks bebas? Sekedar berbagi saja, untuk mencegah terjadinya pelecehan seks atau menghentian aktivitas seks terlarang, setidaknya ada dua penunjang utama yang bisa mengatasinya. Baik anak dan pihak keluarga harus saling mengontrol.
Remaja putri sebisa mungkin mengenakan pakaian yang tidak menjadikan tubuhnya sebagai benda pameran bagi siapa saja yang melihatnya dan harus berani melawan atau mengatakan tidak saat kekasihnya mulai berbuat aneh, termasuk dengan menggengam tangan. Ingat, membuktikan cinta dan mengekpresikan cinta bukan harus dengan bersnetuhan.
Sementara yang harus dilakukan oleh orang tua, adalah dengan membimbing dan mengkontrol gaya hidup dan cara berpakaian putrinya sembari menanamkan nilai-nilai agama dan pemahaman seks secara konfrehensif. Kendati demikian, semuanya kembali kepada objeknya, sejauh mana dia menghargai virginitas???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar